Posts

Showing posts from 2010

Cerpen : LUAH MAN RIFKA

Pt. Julianus P Limbeng “Enggo kupilih Abraham, gelah banci iperentahkenna anakna ras kesusurenna gelah erkemalangen man Bangku, janah ilakokenna kai si benar ras bujur.” (Kejadin 18:19” Tiap erpagi-pagi pukul lima ugape enggo pasti aku medak, aminna gia aku tunduh pukul sada entahpe dua berngi. Kebiasaan medak si bage labo erkiteken sora mesjid si pas kel ilebe-lebe rumahku si ersora tiap erpagi-pagi, tapi erkiteken enggo kin terbiasa mulai anak-anak nari. Ertoto aku, emaka kubuka Pustaka Si Badia, janah kurenungken guna kupake ibas kegeluhenku segedang wari. Kutatap ayo anakku, Rifka, badeh denga kel pertunduhna. Ibas ayona teridah ia cirem, aminna gia megatin lalit waktuku erjaga-jagar ras erkanam-kanam ras ia. Kuemma perdempakenna Bukana matana, cirem ia, janah tunduh ka ia mulihi. Bagepe ndehaangku enggo leben nikapken the manis ras nasi goring man sarapenku. Sebab bagi biasana, kentisik nari lawes me aku narik koasi (angkuten kota). Ndeharangku sekalak si medate, cerdi

PENGARUH KEBUDAYAAN DAERAH

Julianus P Limbeng ***** Kalau kita berbicara tentang kebudayaan, dari segi konsep dan defenisi, telah banyak sekali para ahli memberikan konsep dan defenisi tentang kebudayaan itu sendiri dari berbagai pendekatan dan paradigma. Pendekatan yang dilakukan untuk mendefenisikan kebudayaan itu juga mengalami perubahan-perubahan defenisi sesuai dengan perkembangan paradigma ilmu budaya itu sendiri. Mulai dari pendekatan evolusionisme, positivisme, structural-fungsionalisme, pos-struktural, intrepretivisme, hingga era posmodernisme saat ini. Salah satu defenisi tentang kebudayaan yang telah umum digunakan di Indonesia adalah bersumber dari bapak Antropologi Indonesia, Koentjaraningrat. Ia membuat defenisi kebudayaan yang dikembangkan dari Kluckhon, yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah “Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.” Demikian juga dengan Ralp Linton misalnya mengatakan bahwa “

Kebudayaan dan Perannya dalam Diplomasi

Image
Julianus P Limbeng Bangsa Indonesia yang sebelum membentuk dirinya sebagai satu bangsa dari negara kesatuan RI (dalam satu kesatuan wilayah dari Sabang sampai Merauke, satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya, dan satu kesatuan pertahanan keamanan) telah hidup berabad-abad lamanya dalam kesatuan-kesatuan/komunitas-komunitas yang lebih kecil di berbagai daerah dengan warisan budayanya yang beraneka ragam dan dengan pengalaman sejarahnya yang berbeda-beda pula. Dalam bahasa yang sederhana, kebudayaan dalam arti yang seluas-luasnya adalah keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung sistem pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan yang diterima oleh masyarakat dalam rangka mempertahankan hidupnya di lingkungan di mana ia berada. Hal ini karena kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal (tujuh unsur kebudayaan) yang dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-ban

Hari Aksara : Bahasa dan Aksara Karo

Julianus P Limbeng Tanggal 10 Oktober 2010 yang lalu, diperingati Hari Aksara Nasional yang ke-45, di Kalimantan Timur. Selain berkaitan dengan pengentasan buta aksara, masalah punahnya beberapa aksara dan bahasa yang pernah terdapat di Indonesia pun menjadi sebuah persoalan yang kini tengah dihadapi oleh bangsa yang lebih dari lima ratus suku bangsa ini. Persoalan itu, mungkin dapat menjadi antisipasi bagi bahasa dan aksara Karo yang hingga saat ini masih tetap eksis meskipun mengalami beberapa persoalan, khususnya masalah ke-aksaraan. Bahasa Karo relatif masih hidup dan terpelihara dengan baik karena masih dipergunakan dalam berbagai upacara adat, keagamaan, komunikasi, dan sastra-sastra Karo. Sementara dari sisi aksara, meskipun saya tidak tahu berapa persen jumlah yang pasti, saya yakin angkanya cukup kecil berapa jumlah orang Karo yang masih mengerti menulis dan membaca aksara Karo. Persoalan aksara dan bahasa memang menjadi sebuah persoalan akibat perkembangan teknologi, globalis

Kutai Timur

Image
Meskipun dalam waktu singkat, selama tiga hari bersama dengan tokoh-tokoh adat di Kutai Timur, banyak hal yang diperoleh terkait permasalahan masyarakat adat disana. Tokoh Adat Besar Dayak di Kutai Timur banyak menyampaikan persoalan-persoalan yang menjadi perhatian kita bersama. Kunjungan ke Sultan Kutai Kartanegara juga setidaknya dapat memahami kehidupan masyarakat disana yang masih mempertahankan tradisinya.

Sasak... Segenter

Image
Mengunjungi Desa Segenter awal bulan Juli yang lalu, yang juga biasa dikenal dengan Sasak Bayan merupakan sebuah perjalanan yang menyenangkan. Bisa bertemu dengan saudara-saudara kita yang masih melestarikan tradisinya meskipun sedikit telah ada perubahan...

Kiel dan Pengenalan Tradisi

Image
Dia belajar menanam padi dan masuk ke sawah. Pulang ke rumah di bilang : "Menanam padi itu bukan gampang...". Dia bermain gamelan, dia memainkan angklung, dia melukis caping, dia memandikan kerbau... semuanya itu menjadi kenangan manis yang berharga dan memiliki nilai pendidikan bagi dia... Cinangneng Bogor.. Perpisahan TK Dharma Wanita Bekasi, Juni 2010 lalu..

SEREN TAUN :

Image
Oleh : Julianus P Limbeng, Kepala Seksi Adat dan Upacara Seren Taun adalah upacara adat panen padi masyarakat Sunda yang dilakukan tiap tahun. Upacara ini berlangsung khidmat dan semarak di berbagai komunitas adat Sunda atau biasa juga disebut dengan kampung adat seperti di Cigugur Kuningan, Cisungsang Lebak, Kenekes Baduy Sirna Resmi Cisolok Sukabumi, dan Sindang Barang Bogor, Desa Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul, di Kampung Naga, dan di beberapa komunitas adat di daerah Jawa Barat. Upacara ini hingga saat ini masih terus dilakukan oleh masyarakat sebagai upacara syukuran masyarakat agraris. Istilah Seren Taun berasal dari kata dalam bahasa Sunda, seren yang artinya serah, seserahan, atau menyerahkan, dan taun yang berarti tahun. Seren Taun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya. Dalam konteks kehidupan tradisi masyarakat peladang Sunda, Seren Taun merupakan wahana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil pertanian ya

Xeane dan Kiel di 2010

Image

KESENIAN INDONESIA DAN TANTANGAN KE DEPAN

Konsep Kesenian Indonesia Sebelum berbicara tentang permasalahan kesenian Indonesia, maka terlebih dahulu kita harus pahami apa itu kesenian Indonesia. Kesenian Indonesia itu sendiri dapat diartikan sebagai kesenian nasional sebagai arti jamak, yaitu keseluruhan kesenian-kesenian suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang bersumber dari budaya tradisional beserta ragam kesenian baru yang muncul akibat perkembangan kebudayaan Indonesia. Namun kesenian itu sendiri sebenarnya apa, ruang lingkup dan batasan-batasannya perlu dipahami dari sisi konsep teoritis, sehingga kesenian itu sendiri yang universal dalam turunan relatifitasnya setidaknya dapat memberikan pencandraan atau pencerahan setidaknya pengertian apa itu seni dari sisi konseptual mendasar. Pandangan ilmu seni sendiri, seni diartikan sebagai ekspresi manusia terkait dengan estetika (Sutrisno, 2004:56-58), namun estetika yang dipandang sebagai keindahan itu sendiri terkait dengan pengalaman estetika. Pengalaman estetika artinya

Julianus P Limbeng: Pdt. Matius Panji Barus

Julianus P Limbeng: Pdt. Matius Panji Barus

Pdt. Matius Panji Barus

Image
Ketua Umum Moderamen GBKP 2010 – 2015 Oleh : Julianus P Limbeng Tahun 1987 lah pertama sekali saya bertemu dengan Pendeta ini, ketika beliau saat itu bertugas di GBKP Medan Putri. Saya dikenalkan oleh Gr. Ev. Indra Ketaren (sekarang telah menjadi Pendeta) yang kala itu bertugas di GBKP Kuta Jurung. Karena ada minat saya bermain musik, Gr. Ev. Ketaren membawa saya ke beliau untuk diajari bermain gitar. “The House of the Rising Sun”, lagu Amerika yang dipopulerkan oleh Animals lagu yang kala itu diajarkan beliau kepada saya. Lagu yang cukup terkenal katanya kala itu, meskipun aku sendiri belum pernah dengar sebelumnya lagu itu. Ternyata meskipun pendeta, bagi saya pendeta ini cukup lihai bermain gitar. Sampai saat ini beliaulah salah satu yang saya anggap sebagai guru musik saya. Itulah awal pertemuan kami, setelah itu tidak pernah bertemu hingga tahun 1996 beliau kembali lagi ke Indonesia sebagai Direktur Retreat Centre GBKP di Sukamakmur. Tahun itu juga terakhir sekali bertemu pada ac

Cerpen : TUAN RHODA Enda aku Reh ku Belanda..

Image
Julianus P Limbeng Amin gia enggo lit mesin penggiling page i kuta kami, tapi labo mis anak kuta nggit nggiling pagena ku kilang page kami. Mbue denga pernanden si nutu page bas lesung. “Tabehen nanam beras tutu e asangken giling ku kilang”, nina piga-piga pernanden ku begi ngerana. Tahun 1949, kilang page kami me sipemena lit ibas belang-belang kuta i Daerah Karo Dusun sekitarna. Erkiteken bapa biasa erbinaga ku Delitua ras Medan, emaka naluri bisnisna pe turah erbahan mesin penggiling page i kuta. Tek bapa maka mesin penggiling page e pasti jadi kebutuhen man rayat si rulo. Payo, dua tah un litna mesin penggiling e, enggo lanai lit si nutu page berngi. Menam kerina kuta-kuta sekitar mbaba pagena i giling mesin penggiling page kami. Lit deba sinjujung, lit ka kuta sideban nari enggo er-lereng. Mesin penggiling bapa e, eme mesin bekas sini itukur ibas Tuan Rhoda nari. Sekalak Belanda si pernah tading i piga-piga kuta i Daerah Karo Dusun. Nina bapa ia pernah erdahin i Deli Batavia Maats

CIN-CIN PINTA-PINTA

Diceritakan kembali oleh : Julianus P Limbeng Konon menurut cerita jaman dahulu, di tanah Karo terdapat sebuah kampung yang bernama Juma Raja. Pengulu Juma Raja tersebut sangat terkenal hobby dan lihai dalam permainan judi. Karena kelihaiannya berjudi, ia telah mengumpulkan banyak sekali harta. Meskipun telah mempunyai banyak harta, namun ada yang membuat hatinya galau, karena belum memiliki anak. Namun Dibata jugalah yang berkehendak. Suatu malam, bermimpilah Dat Muli, istri Pengulu Juma Raja, bahwa tidak lama akan lahir seorang anak ke tengah keluarga mereka. Dengan sangat gembira ia menyampaikan mimpinya itu kepada suaminya. Benar, tidak lama kemudian istrinya hamil, dan setelah sampai harinya lahirlah seorang anak perempuan yang sangat cantik seperti ibunya yang bernama Bunga Ncole. Sempurnalah kebahagian keluarga ini disamping harta melimpah ruah, seorang anak juga telah hadir di tengah keluarga tersebut. Kehadiran Bunga Ncole di tengah keluarga ini tidak membuat kesenangan pengul

Turi-turin : BATU GANG-GANG

BATU GANG-GANG * Hio…, nai, ibas sada kuta si la tersinget gelarna lit me sada jabu si cukup mesera kel pergeluhna. Lit dua anakna, sintua sekalak dilaki umurna kira-kira pitu tahun, janah anakna singuda sangana minem denga man nandena. Kenca enggo rani page, pendahin bapa anak-anak enda megati erburu muat bengkau. Berkat me ia tiap wari erburu ku kerangen. Lit rusur ulihna mulih, megati ibabana ulihna wili, napuh, iskir ras sidebanna. Tapi megati ka pe mulih ku rumah la mbaba kai pe. Isamping erburu, itawenna ka pe siding, geng ras sidebanna, gelah la pe sanga ia erburu, adi kune lit rubia-rubia arah siding e nari banci pe rulih. Gelarna pe perburu, labo banci tiap wari kel lit ulihna mulih. Emaka erkiteken sumpah perburu ‘mela mulih la mbaba ulih’ adi la kenca lit ulihna erburu rubia-rubia emaka biasana itangkapina kirik i juma bagepe i sabah jadi bengkauna. Janah enggo cukup melala pe kirik ipepulungna bas keben. Ibas sada wari, berkat me ia ku kerangen erburu. Enggo me sikap kerina

KEDAI KOPI KARO, Inspirasiku..

Image
Oleh : Julianus P Limbeng Bagi orang Karo, khususnya kaum laki-laki (dewasa), kedai kopi merupakan sebuah kebutuhan penting. Meskipun di rumah telah disediakan oleh pernanden kopi sejenis atau kopi sejenis seperti di kedai kopi, namun tidak mengurangi niat dan minat siperbapan ke kedai kopi. Menarik. Ada apa gerangan ? Apakah karena kebiasaan itu merupakan warisan dari budaya Karo ? Cobalah lihat ke seluruh perkampungan Karo, baik di tanah Karo sendiri, maupun di berbagai tempat yang didiami orang Karo seperti Seli Serdang, Binjai, Simalungun, Dairi bahkan di berbagai tempat di Pulau Jawa. Ada saja selalu kedai kopi Karo atau kedai kopi orang Karo. Meskipun di perkotaan telah muncul beragam cafe-cafe internasional, namun kedai kopi Karo, atau setidaknya lapo bagi orang Toba tidak bisa hilang dimanapun mereka berada. Hal ini tidak serta merta mengurangi ke-modernan seseorang meskipun telah tinggal di kota besar seperti Jakarta, Medan dan sebagainya. Bagi orang Karo kedai kopi tidak seke