Kebudayaan dan Perannya dalam Diplomasi
Julianus P Limbeng
Bangsa Indonesia yang sebelum membentuk dirinya sebagai satu bangsa dari negara kesatuan RI (dalam satu kesatuan wilayah dari Sabang sampai Merauke, satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya, dan satu kesatuan pertahanan keamanan) telah hidup berabad-abad lamanya dalam kesatuan-kesatuan/komunitas-komunitas yang lebih kecil di berbagai daerah dengan warisan budayanya yang beraneka ragam dan dengan pengalaman sejarahnya yang berbeda-beda pula.
Dalam bahasa yang sederhana, kebudayaan dalam arti yang seluas-luasnya adalah keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung sistem pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan yang diterima oleh masyarakat dalam rangka mempertahankan hidupnya di lingkungan di mana ia berada. Hal ini karena kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal (tujuh unsur kebudayaan) yang dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia.
Kebudayaan suatu kelompok manusia (komunitas) terbentuk, juga sebagai hasil dari kontak-kontak kebudayaan dengan kelompok lain, karena seperti yang telah kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia sangat majemuk, terdiri dari 600 suku bangsa dan memiliki budaya yang sangat beragam baik yang dapat dilihat secara kasat mata (tangible), maupun tidak kasat mata (Intangible) dan juga kebudayaan materi.
Budaya yang sangat beragam ini yang berasal dari beratus-ratus suku bangsa yang ada di seluruh Indonesia harus dikembangkan dan dilestarikan karena dapat menjadi jati diri bangsa Indonesia dan menjadi modal pembangunan masa depan bangsa Indonesia. Kenyataan ini merupakan sebuah potensi besar untuk menunjukkan jati diri dan identitas bangsa Indonesia di mata dunia. Akan tetapi, tidak bisa pula dipungkiri jika keragaman budaya tidak ditangani secara baik, dapat juga menjadi suatu tantangan karena pergesekan-pergesekan baik secara internal (konflik antar suku bangsa) dan eksternal, seperti lunturnya tradisi dan adat istiadat akibat budaya asing yang masuk ke Indonesia yang justru merusak.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pengembangan budaya bangsa harus dimaksimalkan karena budaya memiliki banyak fungsi seperti dapat merubah tantangan menjadi peluang, maksudnya adalah beragam dan banyaknya kebudayaan bangsa bila dimaksimalkan dapat memberikan keuntungan, selain sebagai identitas dan alat pemersatu bangsa, budaya juga dapat meningkatkan keuntungan devisa (dari wisatawan asing yang datang ke Indonesia), dan juga dapat memperbaiki citra Indonesia di mata dunia.
Selain mengembangkan dan memaksimalkan beragam potensi budaya di Indonesia, kita juga harus memperkenalkan berbagai budaya yang ada di Indonesia melalui diplomasi kebudayaan. Hal ini sebagai upaya untuk mencapai kepentingan nasional yaitu dengan upaya-upaya memahami, menginformasikan, dan mempengaruhi masyarakat luar negeri dalam rangka mempromosikan kepentingan nasional dan memperluas dialog dengan relasi di luar negeri, dengan menggunakan prinsip-prinsip diplomasi.
Diplomasi dapat diartikan sebagai seni atau praktek-praktek negosiasi untuk kepentingan suatu kelompok-kelompok tertentu atau kepentingan negara untuk berbagai hal, misalnya membangun citra yang baik tentang suatu negara dengan pendekatan yang lebih lembut, tanpa kekerasan, tidak melalui jalur senjata atau perang. Mekanisme diplomasi ini ada dua macam, yaitu: (1) diplomasi tradisional, yaitu diplomasi yang dilakukan antara pemerintah suatu negara dengan pemerintahan negara lain; (2) diplomasi publik, yaitu diplomasi yang dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat di suatu negara tertentu. Dalam perkembangannya diplomasi publik ini bahkan tidak hanya antara pemerintah dengan masyarakat, tetapi diplomasi yang dilakukan antara individu dengan individu di negara yang berbeda untuk tujuan atau kepentingan negara individu-individu tersebut.
Diplomasi Kebudayaan dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kepentingan bangsa dalam memahami, menginformasikan dan mempengaruhi (membangun citra) bangsa lain lewat kebudayaan. Sebenarnya tindakan yang paling efektif untuk merubah citra adalah dengan merubah realitas, namun diplomasi kebudayaan juga menjadi salah satu sarana yang efektif untuk mencapai kepentingan bangsa, agar bangsa lain dapat memahami, mendapat informasi dan dapat dipengaruhi untuk kepentingan-kepentingan berbagai hal dari bangsa kita. Dengan dilakukannya diplomasi kebudayaan, dapat meningkatkan apresiasi dan pemahaman untuk peningkatan citra positif, membangun saling pengertian dan memperbaiki citra bangsa.
Dalam diplomasi tradisional, yaitu diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah dengan pemerintah Negara lain, biasanya dilakukan lewat kebudayaan. Namun yang dilakukan di dalam diplomasi kebudayaan tidak hanya sekedar arts performance, tapi lebih daripada itu. Karena diplomasi Kebudayaan merupakan soft power, pelaksanaan politik dengan memanfaatkan hal-hal budaya, tanpa penggunaan kekerasan. Bahasa dan kesenian merupakan dua unsur budaya yang amat krusial dalam diplomasi kebudayaan, apalagi bahasa Indonesia telah dipelajari di lebih di 45 Negara (Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, dll).
Diplomasi kebudayaan amat populer dilakukan di awal tahun 1990-an yang dirintis dan dikembangkan oleh Menlu RI Prof. Mochtar Kusumaatmaja. Dan telah terbukti bahwa diplomasi budaya sangat efektif sejak tahun 70-an. Diplomasi kebudayaan harus dilakukan melalui publik sebagai suatu upaya untuk memperjuangkan kepentingan nasional melalui penyebaran informasi atau mempengaruhi pendapat umum yang dilakukan dengan memanfaatkan sarana budaya dan komunikasi. Diplomasi publik juga dapat menjadi upaya alternatif agar diplomasi berjalan lebih efektif dan memberikan dampak yang lebih luas dan besar pada masyarakat internasional. Keterlibatan publik ini dapat membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan wakil-wakil pemerintah, sekaligus dapat memberikan masukan dan cara pandang yang berbeda dalam memandang suatu masalah.
Sebenarnya, yang ingin ditanamkan, dikembangkan dan dimantapkan melalui diplomasi kebudayaan adalah citra Indonesia sebagai negara bangsa yang berkepribadian luhur dan berkebudayaan tinggi. Studi tim Universitas Udayana mengungkapkan diplomasi kebudayaan pada waktu itu berdampak sangat signifikan terhadap peningkatan pariwisata, industri, perdagangan, investasi, pendidikan, dan pelaksanaan politik luar negeri. Selain itu, tujuan dilakukan diplomasi kebudayaan yaitu agar masyarakat internasional mempunyai persepsi baik tentang suatu negara, sebagai landasan sosial bagi hubungan dan pencapaian kepentingan yang lebih luas (Susetyo, 2008).
Dalam mencapai hasil yang optimal di dalam melakukan diplomasi budaya, untuk itu mutlak dibutuhkan kerja sama yang sinergis antara Departemen Budpar, Deplu, Departemen Perdagangan dengan melibatkan kantor kedutaan besar serta didukung oleh propinsi-propinsi melalui kegiatan pameran kebudayaan, misi kesenian, workshop dan dialog budaya pemutaran film dan publikasi.
Sarana yang dapat digunakan untuk melakukan diplomasi kebudayaan yaitu dengan peningkatan peran kedutaan-kedutaan besar Indonesia di negara-negara sahabat, peningkatan diplomasi kebudayaan melalui kesenian dan bahasa, perlunya membangun Pusat-Pusat Kebudayaan Indonesia di luar negeri, penignkatan peran individual dalam diplomasi public dan Pusat kebudayaan Indonesia yang ada di Jepang. Sarana lainnya yaitu melalui Pusat kebudayaan Indonesia yang didirikan oleh Seiichi Okawa wartawan majalah GAMMA biro Jepang (eks wartawan Tempo dan Gatra). Di galeri pusat kebudayaan ini ada koleksi benda seni suku Asmat, Sentani, dan Dayak.
Sasaran produktif dalam penyelenggaraan diplomasi budaya adalah negara-negara pemasok wisatawan utama seperti AS, Kanada, Jepang, Cina, Taiwan Inggris, Jerman, Belanda, Italia, Prancis, Australia, dan lain-lain. Lokasi pameran kebudayaan perlu memilih sentra-sentra budaya yang strategis seperti museum, kampus, festifal seni, dan pameran-pameran yang bergengsi secara internasional.
Untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi budaya Indonesia, maka diperlukan peningkatan sumber daya budaya sebagai sarana diplomasi kebudayaan, peningkatan sumber daya manusia pengelola budaya, dan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan dalam diplomasi budaya.
Terimakasih.
Comments