Posts

Showing posts from July, 2007

Ose Karo kurang Populer

Makassar, Soramido Pawai Budaya yang diselenggarakan terkait dengan acara Gelar Budaya Komunitas Adat di Makassar, Sulawesi Selatan 24 - 26 Juli 2007 yang lalu, ada sepasang muda-mudi di atas beca hias mengenakan uis Karo. Merasa tertarik dengan kedua muda-mudi tadi, usai pawai di Benteng Rotterdam, saya menemui mereka dan menanyakan dengan bahasa Karo, karena saya yakin mereka orang Karo. Tetapi mereka senyum saja dan geleng kepala. Kemudian saya bertanya tentang asal usul busana yang mereka kenakan. Sang perempuan menjawab bahwa busana yang ia kenakan berasal dari Nusa Tenggara Timur. Namun ikat kepala yang digunakan memang dari NTT, dan kain yang ia selendangkan berasal dari Karo. Setelah saya jelaskan ia mengaku tidak tahu. Di acara ini juga diadakan pameran kebudayaan dari masing-masing masyarakat adat yang ada di Indonesia. Dari Sumatera Utara turut dipamerkan maket istana Sultan Serdang dan foto-foto tahun 1920-an tentang Perbapan Karo Hulu, Hilir dan beberapa daerah di Serdang

DOKURITSYU CA…

Julianus P Limbeng Nangkeng-nangkeng uruk Jung Keriahen si mesangat pe ngasep tentera e erlereng, padahal dalinna dalin taneh si la mejile. La kueteh piga kalak beliganna kerina, tapi la kurang dua puluh kalak. Ertengkuluk janah ergonje lengkap ia kerina, rupana metaneh. Ndekah aku ngadi natap-natap kerina tentera e, janahku njujung lau tare tambe ibas takal alu erlanamken kain panjang si rusur pe kujadiken jadi perembah agingku si Tabar. Kerina kalak sierlereng e ngelepusi aku si sangana mulih tapin Lau Beton, inganku ridi ras mbuat lau inemen sitep-tep erpagi-pagi ras karaben. Tentera siperpudina kel bas kalak ndai sempat ngadi kentisik, janah tatapna aku sisangana njujung tambe ras erabit datas saja ngenca. Ciremina aku, minter ka ungkena lerengna ndai ngikuti teman-temanna. Piga-piga wari ka, mulihken ka kuidah tentera ndai ku kuta. Erlereng ia kerina engkelilingi kuta. Tentera sipernah natap aku sangana mulih lau nari seminggu si lewat pe kuidah ikut denga ije. Kepeken kalak enda

WORKSHOP TARI KARO DI TAMAN MINI

Image
150 orang belajar tari Karo.. Jakarta, Soramido Lebih kurang seratus lima puluh orang belajar menari Terang Bulan di Auditorium Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada hari Sabtu (14/07/07) yang lalu. Mereka merupakan peserta workshop tari Karo yang berasal dari sanggar-sanggar tari se-Jabodetabek. Workshop sehari ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumatera Utara yang diwakili oleh kantor wilayah Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Sebelum dilakukan workshop, acara diawali dengan pembacaan sambutan Gubernur Sumatera Utara dan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari empat pemakalah. Pemakalah pertama dibawakan oleh Drs. Syamsul Lussa, MA. (Direktur Pengembangan Pasar Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; makalah kedua disampaikan oleh Ir. Dra. Ertis Yulia Manikam (Pengelola Taman Mini), makalah ketiga disampaikan oleh Drs. Nyoman Wardana (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta), dan makalah keempat disampaikan oleh Julianus P Limbeng,

TIPAN BR SEMBIRING

TIPAN BR SEMBIRING Raih Anugerah Seni MASMAT Jakarta, Soramido Perkolong-kolong tahun 30-an, Tipan br Sembiring (1906 – 1997) akhirnya menjadi satu-satunya penerima anugerah seni dalam acara Malam Anugerah Seni dan Mburo Ate Tedeh (MASMAT) yang diadakan di Plenary Hall Jakarta Convention Centre, Minggu 8 Juli 2007 yang lalu. Keputusan tim penilai yang dibacakan Cerdas Kaban, menyebutkan anugerah seni untuk kategori pencipta lagu. Tipan br Sembiring berhak mendapatkan piagam penghargaan, thropy dan uang tunai Rp. 10.000,- yang malam itu langsung diserahkan oleh Menteri Kebudayaan dan pariwisata, Jerro Wacik kepada ahli warisnya, Alasen Barus. Disamping sebagai pencipta lagu, Tipan sebenarnya lebih dikenal sebagai perkolong-kolong di tahun 30-an, dan tetap konsisten melakoninya sampai tahun 70-an. Dia juga salah satunya perkolong-kolong wanita yang dapat menciptakan lagu dengan syair yang cukup puitis dan menurut tim penilai berperan membangun semangat orang Karo yang sedang berjuang saa

SEJARAH MAKNA FILOSOFI SENI TARI KARO

Image
[1] Julianus P Limbeng [2] Pendahuluan Bagi masyarakat Karo, dikenal istilah uga gendangna bage endekna, yang artinya bagaimana musiknya, harus demikian juga gerakannya (endek). Endek diartikan disini tidak sebagai gerakan menyeluruh dari anggota badan sebagai sebagaimana tarian pada umumnya, tetapi lebih ditekankan kepada gerakan kaki saja. Oleh sebab itu endek tidak dapat disamakan sebagai tari, meskipun unsure tarian itu ada disana. Hal ini disebabkan konsep budaya itu sendiri yang memberi makna yang tidak dapat diterjemahkan langsung kata per kata. Karena konsep tari itu sendiri mempunyai perbedaan konsep seperti konsep tari yang dalam berbagai kebudayaan lainnya. Konsep endek harus dilihat dari kebudayaan karo itu sendiri sebagai pemilik kosa kata tersebut. Konsep-konsep seperti ini juga dapat kita lihat pada istilah musik bagi masyarakat Karo. Pada masyarakat Karo tidak dikenal istilah musik, dan tidak ada kosa kata musik, tetapi dalam tradisi musik kita mengenal istilah gendang

Mburo Ate Tedeh Karo

Image
Inilah foto Bapak Presiden kita pada acara Malam Anugerah Seni dan Mburo Ate Tedeh yang diselenggarakan oleh Yayasan Bengkel seni 78, pimpinan Drs. Usaha Tarigan (TariganU), yang menampilkan lagu dan tari Karo, dengan musik pengiring Jimmy Manoppo Orchestra dan Partitur Group pimpinan Julianus P Limbeng, pada tanggal 8 Juli 2007, pkl. 19.30 lalu di Plenary Hall Jakarta Convention Centre.