Posts

Showing posts from 2007

SUKU AKIT: MENJAGA DAN MEWARISI TRADISI ADAT

Julianus P Limbeng Speed boad yang kami tumpangi dari Dumai menuju pulau Rupat, sangatlah berdesak-desakan. Meskipun sarat penumpang, namun kecepatan kapal kecil tersebut yang seakan-akan terbang di atas riak gelombang laut Selat Malaka sangat mengocok perut, sehingga bagi yang tidak terbiasa bisa pusing, karena cukup mengocok perut. Selama perjalanan speed boat tersebut singgah di beberapa pelabuhan yang sangat kecil. Dan sepanjang perjalanan kita bisa menyaksikan pasir-pasir putih sepanjang 12 km dan hutan-hutan mangrove yang masih sangat alami. Selama lebih kurang dua jam akhirnya kami melangkahkan kaki di Tanjung Medang, yang merupakan salah satu wilayah yang dihuni oleh suku Akit. Di pelabuhan tradisional ini, kita akan disambut oleh suara burung wallet yang diputar melalui kaset atau CD, karena di daerah ini banyak sarang burung wallet. Hal seperti ini dapat kita saksikan di desa-desa sekitarnya, seperti Tanjung Punak dan Tanjung Rhu. Selama kami berada di pulau Rupat, kami tidak

KIBOT KARO DAN KREATIF EKONOMI

Julianus P Limbeng Dalam kesenian Karo, seorang perkibot dan kibot kiranya telah dapat dikategorikan sebagai bagian pemusik Karo. Ini tidak dapat dipungkiri karena fungsi dan perannya yang begitu vital dalam berbagai kegiatan adat-istiadat, meskipun tokoh folklore semisal Brunvan, atau James Danandjaja mengatakan setidaknya satu budaya dapat dikatakan milik satu etnis, apabila ia telah hadir dua generasi dalam budaya tersebut. Kehadirannya dalam kesenian Karo meskipun relatif masih baru, namun daya pikatnya cukup dahsyat menggempur ruang-ruang yang dulunya diisi oleh kehadiran musik yang biasa dikategorikan genuine dan indigenous. Dalam kasus ini sebenarnya tampak ke’munafikan’ kita dalam berkesenian. Banyak terdapat hal-hal yang bersifat paradoksal yang dibiarkan mengambang (flotation), yang terkadang dihadirkan dalam kata setuju dan tidak setuju. Namun secara sinkronik dan diakronik, ia telah mampu mendominasi dan hukum dominan kelihatannya sangat kuat berlaku disana. Terlepas dari m

NO NAME DAN KESADARAN SENI

Image
Julianus P Limbeng [1] Lima tahun yang lalu, dalam sebuah surat yang dikirimkan oleh seorang pencipta lagu Karo senior kepada saya, ia memberitahukan bahwa sebenarnya ada beberapa lagu yang sebenarnya ciptaannya, tetapi selama ini disebutkan sebagai ciptaan orang lain. Dalam surat tersebut juga disebutkan bahwa dia bersedia melakukan dialog terkait dengan keberadaan beberapa lagu yang ia sebutkan tersebut. Artinya, meskipun kasus ini belum masuk dalam tahap sengketa, atau barangkali class action melalui jalur hukum, namun ketika nilai-nilai komersil muncul pada karya-karya seni, khususnya lagu-lagu Karo, mulai timbul kesadaran akan nilai-nilai komersil tersebut, setidaknya terbukanya pemahaman baru tentang pencipta dan hak cipta, namun kesadaran itu belum signifikan, karena banyak sekali kekayaan intelektual kita yang perlu mendapatkan perlindungan. Kesadaran akan hak cipta tersebut bagi masyarakat pada umumnya masih sangat minim sekali. Ini disebabkan beberapa factor, antara lain: pen

Pengamen: Satuan Terkecil Manajemen Seni Pertunjukan

Julianus P Limbeng Pemimpin Redaksi Jurnal Seni Musik UPH julianus_limbeng@uph.edu Abstrak ‘Pengamen’ is one of music performance that we can see spread in many space in side town, bus, train, café, restaurant, and other place. They have many personality in same time, like an organizing many people in a performing art. In same time them must to be an artist, manager, treasure, staf administrator, master of ceremony, vocalist, musician, and trainer. Pengamen to be suvervisor for himself and build network, territory, and audience. For this case, pengamen has a strategy to manage himself depend to them goal setting. For a research about management performing arts, pengamen can represent it. ***** Stiker-stiker yang melecehkan pengamen juga dirasakan Sujud sebagai siksaan batin. "Ada tulisan ngamen gratis dan sebagainya, itu saya merasa ngelus dada. Betapa pengamen benar-benar telah mengganggu kenyamanan manusia. Apakah benar-benar begitu? Tak bolehkah ada sisa rezeki yang kami kais?

Pass away..

Dua bulan lalu Kaka Tua Rela Limbeng pergi menghadap bapa di surga, aku tidak bisa lihat terakhir kalinya abang sekaligus teman masa remajaku itu. Sepuluh tahun dia sakit lumpuh hingga akhirnya seminggu sebelum meninggal tidak dapat berkata-kata dan hanya matanya saja yang menerawang tanpa kedipan, namun napas kehidupannya masih ada... Kemarin (23/08/2007), kembali dua orang klanku menghadap sang khalik, Nenggolan Limbeng dan Bapa Udaku Nolong Limbeng. Mereka semua sakit, dan aku tidak sempat bicara sepatah kata pun jua... Dari jauh disini aku sampaikan ucapan: "Selamat jalan buat kalian bertiga..." Limbeng mergana..

Ose Karo kurang Populer

Makassar, Soramido Pawai Budaya yang diselenggarakan terkait dengan acara Gelar Budaya Komunitas Adat di Makassar, Sulawesi Selatan 24 - 26 Juli 2007 yang lalu, ada sepasang muda-mudi di atas beca hias mengenakan uis Karo. Merasa tertarik dengan kedua muda-mudi tadi, usai pawai di Benteng Rotterdam, saya menemui mereka dan menanyakan dengan bahasa Karo, karena saya yakin mereka orang Karo. Tetapi mereka senyum saja dan geleng kepala. Kemudian saya bertanya tentang asal usul busana yang mereka kenakan. Sang perempuan menjawab bahwa busana yang ia kenakan berasal dari Nusa Tenggara Timur. Namun ikat kepala yang digunakan memang dari NTT, dan kain yang ia selendangkan berasal dari Karo. Setelah saya jelaskan ia mengaku tidak tahu. Di acara ini juga diadakan pameran kebudayaan dari masing-masing masyarakat adat yang ada di Indonesia. Dari Sumatera Utara turut dipamerkan maket istana Sultan Serdang dan foto-foto tahun 1920-an tentang Perbapan Karo Hulu, Hilir dan beberapa daerah di Serdang

DOKURITSYU CA…

Julianus P Limbeng Nangkeng-nangkeng uruk Jung Keriahen si mesangat pe ngasep tentera e erlereng, padahal dalinna dalin taneh si la mejile. La kueteh piga kalak beliganna kerina, tapi la kurang dua puluh kalak. Ertengkuluk janah ergonje lengkap ia kerina, rupana metaneh. Ndekah aku ngadi natap-natap kerina tentera e, janahku njujung lau tare tambe ibas takal alu erlanamken kain panjang si rusur pe kujadiken jadi perembah agingku si Tabar. Kerina kalak sierlereng e ngelepusi aku si sangana mulih tapin Lau Beton, inganku ridi ras mbuat lau inemen sitep-tep erpagi-pagi ras karaben. Tentera siperpudina kel bas kalak ndai sempat ngadi kentisik, janah tatapna aku sisangana njujung tambe ras erabit datas saja ngenca. Ciremina aku, minter ka ungkena lerengna ndai ngikuti teman-temanna. Piga-piga wari ka, mulihken ka kuidah tentera ndai ku kuta. Erlereng ia kerina engkelilingi kuta. Tentera sipernah natap aku sangana mulih lau nari seminggu si lewat pe kuidah ikut denga ije. Kepeken kalak enda

WORKSHOP TARI KARO DI TAMAN MINI

Image
150 orang belajar tari Karo.. Jakarta, Soramido Lebih kurang seratus lima puluh orang belajar menari Terang Bulan di Auditorium Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada hari Sabtu (14/07/07) yang lalu. Mereka merupakan peserta workshop tari Karo yang berasal dari sanggar-sanggar tari se-Jabodetabek. Workshop sehari ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumatera Utara yang diwakili oleh kantor wilayah Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Sebelum dilakukan workshop, acara diawali dengan pembacaan sambutan Gubernur Sumatera Utara dan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari empat pemakalah. Pemakalah pertama dibawakan oleh Drs. Syamsul Lussa, MA. (Direktur Pengembangan Pasar Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; makalah kedua disampaikan oleh Ir. Dra. Ertis Yulia Manikam (Pengelola Taman Mini), makalah ketiga disampaikan oleh Drs. Nyoman Wardana (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta), dan makalah keempat disampaikan oleh Julianus P Limbeng,

TIPAN BR SEMBIRING

TIPAN BR SEMBIRING Raih Anugerah Seni MASMAT Jakarta, Soramido Perkolong-kolong tahun 30-an, Tipan br Sembiring (1906 – 1997) akhirnya menjadi satu-satunya penerima anugerah seni dalam acara Malam Anugerah Seni dan Mburo Ate Tedeh (MASMAT) yang diadakan di Plenary Hall Jakarta Convention Centre, Minggu 8 Juli 2007 yang lalu. Keputusan tim penilai yang dibacakan Cerdas Kaban, menyebutkan anugerah seni untuk kategori pencipta lagu. Tipan br Sembiring berhak mendapatkan piagam penghargaan, thropy dan uang tunai Rp. 10.000,- yang malam itu langsung diserahkan oleh Menteri Kebudayaan dan pariwisata, Jerro Wacik kepada ahli warisnya, Alasen Barus. Disamping sebagai pencipta lagu, Tipan sebenarnya lebih dikenal sebagai perkolong-kolong di tahun 30-an, dan tetap konsisten melakoninya sampai tahun 70-an. Dia juga salah satunya perkolong-kolong wanita yang dapat menciptakan lagu dengan syair yang cukup puitis dan menurut tim penilai berperan membangun semangat orang Karo yang sedang berjuang saa

SEJARAH MAKNA FILOSOFI SENI TARI KARO

Image
[1] Julianus P Limbeng [2] Pendahuluan Bagi masyarakat Karo, dikenal istilah uga gendangna bage endekna, yang artinya bagaimana musiknya, harus demikian juga gerakannya (endek). Endek diartikan disini tidak sebagai gerakan menyeluruh dari anggota badan sebagai sebagaimana tarian pada umumnya, tetapi lebih ditekankan kepada gerakan kaki saja. Oleh sebab itu endek tidak dapat disamakan sebagai tari, meskipun unsure tarian itu ada disana. Hal ini disebabkan konsep budaya itu sendiri yang memberi makna yang tidak dapat diterjemahkan langsung kata per kata. Karena konsep tari itu sendiri mempunyai perbedaan konsep seperti konsep tari yang dalam berbagai kebudayaan lainnya. Konsep endek harus dilihat dari kebudayaan karo itu sendiri sebagai pemilik kosa kata tersebut. Konsep-konsep seperti ini juga dapat kita lihat pada istilah musik bagi masyarakat Karo. Pada masyarakat Karo tidak dikenal istilah musik, dan tidak ada kosa kata musik, tetapi dalam tradisi musik kita mengenal istilah gendang

Mburo Ate Tedeh Karo

Image
Inilah foto Bapak Presiden kita pada acara Malam Anugerah Seni dan Mburo Ate Tedeh yang diselenggarakan oleh Yayasan Bengkel seni 78, pimpinan Drs. Usaha Tarigan (TariganU), yang menampilkan lagu dan tari Karo, dengan musik pengiring Jimmy Manoppo Orchestra dan Partitur Group pimpinan Julianus P Limbeng, pada tanggal 8 Juli 2007, pkl. 19.30 lalu di Plenary Hall Jakarta Convention Centre.

Melawan Jaman

Image
21 April lalu saat saya berada di Kampung Loura Sumba Barat Nusa Tenggara Timur...Apr

Zeigarnik, Seniman Karo

Julianus P Limbeng Sangana minem kopi, sekalak psikolog Rusia sitergelar Bluma Zeigarnik (1900 – 1988) mperdateken pelayan café ibas inganna minem. Setiap menu sini ipindo pengunjung pasti inget pelayan e, janah ingetna ise simesansa, janah ija inganna kundul. Ngidah fenomena enda muncul ketertariken ibas Zeigarnik, emaka ibanna sada penelitian ras menghasilken sada kesimpulen, nina bahwa tugas si lenga dung lebih menukah ngingetsa asa tugas si enggo dung ilakoken. Fenomena enda gundari sieteh gelarna sebagai Efek Zeigarnik. Aminna gia enda terkait ras psikologi, tapi menarik bicara si bandingken ras kesenimanan Karo. Pernah lit ibas sada kaset iendeken la kalak Karo lagu Bunga Rampe, ciptaan Alm. Reno Surbakti (1940 – 2004). Erkiteken ieteh kalak aku ermusik, emaka melala komentar si reh, baik memuji, janah lit ka si mandangi. Kurang pas kenca siakap endeken suku sideban lagu-lagu ‘berbahasa Karo’, misalna lagu Bunga Rampe ndai, siakap melecehken Karo, erkiteken lagu e berbahasa Karo.

GADUNG MULANA

Julianus P Limbeng “Em lebe pangani anakku, adi besur beltek e entabeh nge medem..”, nina pernanden ndai nami-nami anakna si ngandung erkiteken beltekna melihe. Ipedaratna ibas kudin nari telu tek-tek gadung belgang. Tama kenna kubas peles plastik rikutpe tamakenna lacina ratah giling ras sira. “Lacina sidua-dua epe adumna adi engo melihe bengket nge, pala-palai nakku…yah…”, nina pernanden ndai man anakna si lalap ngandung. Bekaken pernanden ndai gadung belgang ndai, janah isempulna erbahan huana si melas jelas teridah bagi hua remang erpagi-pagi kuta Daulu. Itatap anakna ndai saja ngenca gadung belgang sini enggo sikapken nandena ndai. Sitik pe la kuitna, apai ka ipanna. Erkiteken enggo dekahna ngandung, iluhna nari ngenca ndaraten arah matana. “Aku nakan ateku…nande… lalap gadung… Nderbih naruh bewan, sendah gadung.. bosan..” nina anak ndai ngerana janahna nggeser gadung belgang ilebe-lebena. “Labo dalih anakku, sendah eme lebe. Pagi ndurung aku ku lau, janah si singkih pagi beras b

KARO TULEN YOGYA NARI

Julianus P Limbeng Hio, tersinget me nai maka, entah ise nai kalak Karo Yogya ah man pecal, sebab enggo ndekah kel ia la man pecal, teringet ia tupung Taneh Karo denga marenda tading rusur man pecal ku Peceren. Reh nina perbinaga pecal ndai, "Pecal e karo opo mas..?" "Karo Gugung..", nina ka Kalak Karo ndai. "Karo tempe atau karo tahu...?, nina ka perpecal ndai erkiteken la etehna Karo gugung. "Saya Karo Gugung, Karo Tulen... nina ka nambahisa janahna merawa atena. Erkiteken merawa atena, sinikken tukan pecal ndai saja. Emaka sungkuna ka mulihken: "Pedas opo ora..." nina ka perpecal-pecal ndai. "Ya pedas-lah.." , nina kalak Karo ndai. (Maksudna meter ban dung, sebab enggo ndul-ndul merhatna man pecal ndai). Emaka mbue ban perpecal-pecal ndai lacinana entahpe cinana. Bage kenca berekenna man kalak Karo ndai, ipanna sitik minter ia iutahkenna erkiteken la situhuna tahan ia man simeser-meser. Merawa ka ia man perpecal ndai. "Piye si i

About Musik Karo

saya jawab per poin aja langsung ya... --- emeia davina wrote: > 1. sejak tahun berapakah suku Karo mengenal seni > musik?dan apa saja jenis musik Karo yang asli! Kalau ditanya tahun yang pasti, belum ada data yang akurat tentang kapan musik Karo itu muncul pada masyarakat Karo. Biasanya munculnya seiring dengan adanya masyarakat itu sendiri. Tentang sejarah karo lihat buku Brahma Putro, Karo dari jaman ke jaman. Tetapi tentang musik itu sendiri mungkin bisa dilakukan pendeklatan folklore, yaitu cerita rakyat, legenda, mite, dan sebagainya. Bisa dilihat di buku Brunvand, atau Prof. James Danandjaja, Folklore Indonesia terbitan Grafitti press, jakarta. > 2. jenis aliran musik Karo lebih kearah mana? Kita tidak bisa membandingkan musik Karo ke jenis-jenis musik barat, karena musik Karo itu sendiri adalah mempunyai style tersendiri yang tidak dapat kita bandingkan melalui kacamata Barat, misalnya jazz, blues, hiphop, country, dsb., tetapi gejala kibot yang muncul belasan tahun te

Komentar: PEMBEBASAN KEBUDAYAAN KARO

Mbelin kel kuakap perpayona kata Nuah P Tarigan, memang Batak sendiri pe enggo ndekah sikueteh iperdebatken kalak. Kebetulen ibas Kongres Budaya Karo Desember 2005, aku ikut sebagai peserta utusen Medan nari i Berastagi tupung si e. Kuinget ije uga perdebaten Prof. H. Guntur Tarigan, bagepe idukung Prof. M. Singarimbun ngatakenca bahwa Karo labo Batak, erkiteken Batak nina berbau Kolonialisme.Reh nina perkolong-kolongta Sinek br Purba "Uga ka maka katakenndu Karo la Batak, nai nari pe sikueteh Karo enda Batak..., enda Karo la Batak nindu, kita batak enda ma lit kin lima...?", nina kira-kira bagem. Emaka ijawab H. G. Tarigan ka ibas depan nari "E ma nindu..., ningku ?" nina. E sikuinget tupung si e. Kata Batak ibas Karo , eme Mbatakken, Gula Batak (amin gia i Pulau Jawa gula Jawa ka nge nina Batak). Emaka nina tupung si e, GBKP pe situhuna arus menghilangken huruf B bas GBKP e. Ije nge tupung si e Moderamenta. Tapi seh gundari lit denga lalap B ndai. kalak Karo Batak