WORKSHOP TARI KARO DI TAMAN MINI
150 orang belajar tari Karo..
Jakarta, Soramido
Lebih kurang seratus lima puluh orang belajar menari Terang Bulan di Auditorium Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada hari Sabtu (14/07/07) yang lalu. Mereka merupakan peserta workshop tari Karo yang berasal dari sanggar-sanggar tari se-Jabodetabek. Workshop sehari ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumatera Utara yang diwakili oleh kantor wilayah Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Sebelum dilakukan workshop, acara diawali dengan pembacaan sambutan Gubernur Sumatera Utara dan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari empat pemakalah. Pemakalah pertama dibawakan oleh Drs. Syamsul Lussa, MA. (Direktur Pengembangan Pasar Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; makalah kedua disampaikan oleh Ir. Dra. Ertis Yulia Manikam (Pengelola Taman Mini), makalah ketiga disampaikan oleh Drs. Nyoman Wardana (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta), dan makalah keempat disampaikan oleh Julianus P Limbeng, M.Si (Seniman Karo, sekaligus sebagai pelatih dalam workshop tersebut), dan moderator Drs. Suryandoro.
Dalam acara ini juga dihadirkan penari Karo dari Permata GBKP Runggun Tanjung Priuk. Mereka membawakan beberapa tari Karo dan sekaligus dijadikan model dalam mempraktekkan berbagai macam gerakan tari Karo dalam workshop. Ketika seluruh peserta diajarkan tarian Terang Bulan, meskipun gerakan-gerakan yang mereka tampilkan masih seperti gerakan tarian Betawi, Jawa, ataupun Melayu, namun peserta yang berasal bukan dari etnis Karo ini sangat antusias mempelajari tari Terang Bulan tersebut, hingga mereka dapat mempraktekkan dasar-dasar tari Karo tersebut. Sementara peserta dari orang Karo sendiri tidak melebihi hitungan jari.
Menurut Edward Manik, SH (Kepala Anjungan Sumut TMII), acara ini setiap tahun dilakukan dengan materi kesenian etnis Sumatera Utara secara bergiliran. “Tahun kemarin dari Nias, tahun ini tari Karo, dan kita ingin mengangkat tari Karo. Acara tahun ini cukup sukses, disamping peserta juga melebihi target, materi yang disampaikan juga sangat baugs dan berguna bagi sanggar-sanggar dalam pengembangan kesenian”, kata Manik bercerita. Amelius Rasyid (Dedek), pelatih tari pada acara Masmat di JCC lalu juga mengatakan, seharusnya dasar-dasar seperti ini sangat penting sekali, sehingga core tari Karonya itu jelas muncul. “Ini yang penting bang, soalnya gerak Melayu itu dengan Karo kan beda…”, katanya. Selama lebih kurang dua jam, seluruh peserta diajarkan dasar-dasar tari Karo yang terdiri dari tiga unsur penting, yaitu endek (gerakan naik turun), jole atau jemole, yaitu gerakan badan, dan tan lempir, yaitu kelenturan tangan. Pada acara penutupan panitia menyampaikan bahwa dalam waktu dekat akan diadakan festival Tari Karo yang diadakan di Anjungan Sumut TMII. (JL)
Jakarta, Soramido
Lebih kurang seratus lima puluh orang belajar menari Terang Bulan di Auditorium Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada hari Sabtu (14/07/07) yang lalu. Mereka merupakan peserta workshop tari Karo yang berasal dari sanggar-sanggar tari se-Jabodetabek. Workshop sehari ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumatera Utara yang diwakili oleh kantor wilayah Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Sebelum dilakukan workshop, acara diawali dengan pembacaan sambutan Gubernur Sumatera Utara dan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari empat pemakalah. Pemakalah pertama dibawakan oleh Drs. Syamsul Lussa, MA. (Direktur Pengembangan Pasar Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; makalah kedua disampaikan oleh Ir. Dra. Ertis Yulia Manikam (Pengelola Taman Mini), makalah ketiga disampaikan oleh Drs. Nyoman Wardana (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta), dan makalah keempat disampaikan oleh Julianus P Limbeng, M.Si (Seniman Karo, sekaligus sebagai pelatih dalam workshop tersebut), dan moderator Drs. Suryandoro.
Dalam acara ini juga dihadirkan penari Karo dari Permata GBKP Runggun Tanjung Priuk. Mereka membawakan beberapa tari Karo dan sekaligus dijadikan model dalam mempraktekkan berbagai macam gerakan tari Karo dalam workshop. Ketika seluruh peserta diajarkan tarian Terang Bulan, meskipun gerakan-gerakan yang mereka tampilkan masih seperti gerakan tarian Betawi, Jawa, ataupun Melayu, namun peserta yang berasal bukan dari etnis Karo ini sangat antusias mempelajari tari Terang Bulan tersebut, hingga mereka dapat mempraktekkan dasar-dasar tari Karo tersebut. Sementara peserta dari orang Karo sendiri tidak melebihi hitungan jari.
Menurut Edward Manik, SH (Kepala Anjungan Sumut TMII), acara ini setiap tahun dilakukan dengan materi kesenian etnis Sumatera Utara secara bergiliran. “Tahun kemarin dari Nias, tahun ini tari Karo, dan kita ingin mengangkat tari Karo. Acara tahun ini cukup sukses, disamping peserta juga melebihi target, materi yang disampaikan juga sangat baugs dan berguna bagi sanggar-sanggar dalam pengembangan kesenian”, kata Manik bercerita. Amelius Rasyid (Dedek), pelatih tari pada acara Masmat di JCC lalu juga mengatakan, seharusnya dasar-dasar seperti ini sangat penting sekali, sehingga core tari Karonya itu jelas muncul. “Ini yang penting bang, soalnya gerak Melayu itu dengan Karo kan beda…”, katanya. Selama lebih kurang dua jam, seluruh peserta diajarkan dasar-dasar tari Karo yang terdiri dari tiga unsur penting, yaitu endek (gerakan naik turun), jole atau jemole, yaitu gerakan badan, dan tan lempir, yaitu kelenturan tangan. Pada acara penutupan panitia menyampaikan bahwa dalam waktu dekat akan diadakan festival Tari Karo yang diadakan di Anjungan Sumut TMII. (JL)
Comments
La piga cerpen karo si pernah kubaca bagi si enggo i tuliskendu bang.
Alur cerita, tutur kata, kosa kata kerina luar biasa.
Emosiku ikut terbaba mbaca cerpen enda.
Sekali nari salam dahsyat luar biasa.
bujur,
ependi tarigan tambun bere kacaribu
ependi.tarigan@gmail.com