JENNI BR SEMBIRING

MEWARISI TRADISI MASU-MASU

Medan, Soramido
Tradisi ngerana dalam berbagai upacara adat orang Karo merupakan hal yang sangat penting. Namun dalam kenyataannya tidak semua lihai dalam hal berbicara, apalagi dalam konteks adat-istiadat. Dalam hal inilah peran mediator sebagai pengganti untuk menyampaikan pesan, petuah, dan pasu-pasu dalam sebuah upacara adat dapat diwakili oleh seorang perkolong-kolong. Kegiatan seperti inilah yang saat ini dilakoni oleh Jenni br Sembiring (29 thn). Putri perkolong-kolong Alm. Ulina br Ginting ini merupakan salah satu pewaris, pelestari sekaligus penerus profesi orang tuanya dalam bidang kesenian Karo. Ia menggeluti bidang ini sejak tahun 2002. “Kenca nande lanai lit menda aku masu-masu”, katanya kepada Soramido disela-sela upacara kematian di sebuah jambur di Padang Bulan Medan.

Istri dari Jasmani Sinuraya ini menuturkan, ia termotivasi sebagai perkolong-kolong, khususnya masu-masu dari profesi orang tuanya. “Gelah ula masap nande ndai, e tandana ia tetap nggeluh, sebab Ulina br Ginting e nge si tandai kalak”’ katanya. “Anak Ulina nge maka tandai kalak, jadi karisma Ulina nge si lit ibas aku e”, katanya menambahkan. Ibu dari tiga orang anak yang tingal di Jl. Bom Ginting Kabanjahe Gg. Pengharapan No. 10 ini menuturkan, bahwa profesi sebagai simasu-masu juga merupakan kebutuhan orang Karo saat ini. Dalam sebulan dia bisa 15 kali masu-masu dalam acara adat. Tentuna penukur belo pun mungkin lebih dari cukup bagi wanita yang nyirih dan nyontil ini. (JL)

Comments

Popular posts from this blog

Kutai Timur

Drama Natal