Posts

Showing posts from June, 2009

KEMBALI KEPADA PEMURNIAN JIWA NUSANTARA

Julianus P Limbeng “Kemampuan Indonesia untuk menolong diri sendiri perlu segera diwujudkan, karena tidak ada satu Negara pun yang secara tulus mau menolong kita. Kata kuncinya adalah Persatuan dan Kesatuan yang kokoh dari segenap komponen bangsa dalam bingkai wawasan kebangsaan Indonesia.” [1] () ***** Konsep Jiwa Nusantara Sebelum berangkat kepada konsep ‘pemurnian jiwa nusantara’, maka terlebih dahulu harus berbicara tentang konsep nusantara itu sendiri, yang dapat dipandang dari sisi diakronis dan sinkronis, historis dan kontinuitas. Dua sisi tersebut dapat diletakkan untuk memahami sejauhmana impelementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini. Artinya penelusuran konsep itu berdasarkan dimensi waktu (historical) sangat penting, karena ia terkait dengan munculnya konsep bangsa dan Negara Indonesia itu sendiri. Namun dalam pembahasannya, tulisan ini akan lebih difokuskan pada ranah multicultural dan kebangkitan budaya nusantara (baca: Indonesia). Sejarah Indon

PELBAGAI PERSPEKTIF DAN ATAU PENDEKATAN KAJIAN SENI PERTUNJUKAN, KEBUDAYAAN DAN GLOBALISASI

Julianus P Limbeng, S.Sn. M.Si. [1] liembeng@yahoo.com Universitas Pelita Harapan Abstract: This article review and rethinking any perspective and approach on performing arts with focus to Indonesia performing arts. Cultural changes issues has implicated to any concept and theories who ever used to explanation any performing arts, like historical descriptive, structure-functionalism, contructionism, structuralism, materialism, and post-structuralism or/and post-modernism. ***** Pelbagai Perspektif dan Pendekatan Awal Kendati Indonesia adalah negara bahari yang sangat tersohor dengan jalur lalu lintas barang, ide dan manusia, seni pertunjukannya sering dianggap statis. Seni pertunjukan umumnya dipandang mengakar di daerah atau pusat-pusat produksi tertentu, terpatri dalam ikatan-ikatan tak tertembus genre dan berbagai tatanan patronase tradisional, dikungkung oleh larangan-larangan tradisional dan penghormatan terhadap leluhur. Tradisionalisme semacam itu, setidak-tidaknya untuk sebagi

LONDON FESTIVAL

Image
Berdiri dari kiri ke kanan: Nyoman, Pulu, Limbeng, Retha, Aat, Bli Ketut, Korem.. duduk.. cewe-cewe cantik dari kayangan.. hahaha...

ERPANGIR KU LAU

Image
Medan, Soramido Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata melakukan perekaman kegiatan ritual Erpangir Ku Lau pada tanggal 9 Juni 2009. “Perekaman ini merupakan salah satu upaya pemerintah melestarikan kebudayaan nasional serta upaya peningkatan apresiasi masyarakat terhadap budaya spiritual”, kata Drs. Sulistyo Tirtokusumo, MM (Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa), yang dikenal gigih memperjuangkan hak-hak sipil penghayat kepercayaan ini. Setelah perekaman biasanya akan ditayangkan melalui salah satu televisi nasional, seperti TVRI pusat Jakarta. Kegiatan Erpangir Ku Lau atau disebut juga Guro-Guro Beru Karo atau Beru Kertah Ernala ini, menurut C br Kemit merupakan ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta karena keberhasilan berbagai hal yang dilakukan dalam kehidupannya. Sebagai pelestari upacara ritual, Beru Kemit mengatakan bahwa hanya kegiatan ini merupakan kegiatan terbesar yang terk

SUNTIL

Image
Kebutuhan sirih ( belo ) pada masyarakat Karo semakin hari semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pedagang sirih di Pasar Pancur Batu beberapa waktu yang lalu. Belo merupakan salah satu kebutuhan wanita Karo bersama tembakau yang dijadikan sebagai suntil sewaktu man belo. (Foto: J. Limbeng, Mei 2009).

KOMUNITAS ADAT KARO DUSUN

Image
Lembaga Adat Karo Dusun, yaitu penyebutan untuk masyarakat Karo yang tinggal di Kecamatan Biru-Biru, STM Hilir dan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang telah terbentuk. Pembentukan Lembaga Adat ini diprakarsai oleh Drs. Timotius Tarigan, Pt. Jhonatan N Limbeng dan Kenal Sitepu. “Lembaga ini akan menjadi pelestari kebudayaan dan Kesenian Karo khususnya Karo Dusun, oleh sebab itu kami akan bersinergi dengan semua pihak, agar nilai-nilai kebudayaan Karo dapat dilestarikan”, kata Tarigan di Talun Kenas. Kami akan mendaftarkannya ke pemerintah kabupaten dan sekaligus akan membuat akte notarisnya, kata mereka. Pada tahap awal Lembaga ini telah membeli seperangkat alat musik tradisional Karo, berupa sarune, gendang, kulcapi, penganak dan sebagainya. “Kami akan memanfaatkan sarana sekolah untuk pembelajaran musik tradisional ini, sehingga anak-anak sekolah juga dapat mengapresiasi sekaligus sebagai pelaku aktif pelestari kesenian Karo”’ ujar Kenal Sitepu. Selamat. Alamat: Desa Kuta Jurung, Kec. ST

JENNI BR SEMBIRING

Image
MEWARISI TRADISI MASU-MASU Medan, Soramido Tradisi ngerana dalam berbagai upacara adat orang Karo merupakan hal yang sangat penting. Namun dalam kenyataannya tidak semua lihai dalam hal berbicara, apalagi dalam konteks adat-istiadat. Dalam hal inilah peran mediator sebagai pengganti untuk menyampaikan pesan, petuah, dan pasu-pasu dalam sebuah upacara adat dapat diwakili oleh seorang perkolong-kolong. Kegiatan seperti inilah yang saat ini dilakoni oleh Jenni br Sembiring (29 thn). Putri perkolong-kolong Alm. Ulina br Ginting ini merupakan salah satu pewaris, pelestari sekaligus penerus profesi orang tuanya dalam bidang kesenian Karo. Ia menggeluti bidang ini sejak tahun 2002. “Kenca nande lanai lit menda aku masu-masu”, katanya kepada Soramido disela-sela upacara kematian di sebuah jambur di Padang Bulan Medan. Istri dari Jasmani Sinuraya ini menuturkan, ia termotivasi sebagai perkolong-kolong, khususnya masu-masu dari profesi orang tuanya. “Gelah ula masap nande ndai, e tandana ia teta

LIMA SERANGKE DAN PEMBELAJARAN TARI KARO

Julianus P Limbeng Dalam berbagai festival atau lomba tari tradisional Karo, Tari Lima Serangke sudah acap kali dibuat menjadi tari wajib. Tahun 80-an ketika saya masih SD, tari ini sering sekali saya lihat disamping Tari Terang Bulan, Tari Roti Manis, Tari Piso Surit, Tari Telu Serangke, dan Tari Ate Jadi. Hingga saat ini juga tari-tari ini masih diikutkan menjadi tari lomba di Jakarta sekitarnya sekalipun. Bahkan musik pengiringnya berupa pita kasetpun belum berubah, sehingga untuk mencari kaset tersebutpun sangat sulit. Tari Lima Serangke memang dikenal dua versi, masing-masing versi Mbaga Ginting dan Seter Ginting. Kedua versi Sierjabaten Karo tersebut adalah tidak jauh berbeda, namun yang paling sering dipilih adalah versi Mbaga Ginting. Untuk sebuah lomba atau festival tari, durasi Lima Serangke dirasakan cukup panjang, dan dari sisi entertain bisa menimbulkan rasa bosan, karena untuk satu tari membutuhkan waktu lebih dari lima belas menit. Namun dari sisi pembelajaran tari tradi

Suku Akit di Rupat

Image